Kamis, 18 Oktober 2018

Dia yang Ada di Antara Kita



“Tak ada yang lebih menyedihkan daripada mendapati pengkhianatan.”


Bunuh diri seolah menjadi jalan terakhir bagi Andin. Pengkhianatan yang dilakukan Aldi dan Juliana, pacar dan sahabatnya, menajamkan keyakinan Andin untuk mengakhiri hidupnya, selain keluarga yang bermasalah.
Dan kini, setelah Andin benar-benar pergi, ia justru kembali menghantui Juliana yang merebut kekasihnya. Kembali untuk menagih janji yang pernah terucap antara Aldi dan dirinya.

Cinta memang tak melulu manis. Lalu bagaimana jadinya jika pengkhianatan sampai berujung maut?
***


Bisa dengarkan atau unduh lagunya, ‘Hancur Bersamamu’ : bit.ly/HancurBersamamu

***




Bonus gantungan kunci selama persedian masih ada :



Rumah Sakit


 
"Ketika mereka yang sudah lama mendiami, mulai menunjukkan eksistensi di tempat ini."

Sebuah bangunan rumah sakit zaman Belanda yang masih terpakai itu tampak baik-baik saja. Sejak dulu, tidak pernah ada kejadian janggal. Tapi, dua hari belakangan, para pekerja bahkan pasien yang dirawat di sana kerap kali diganggu makhluk-makhluk halus.

Ada yang salah di tempat itu sampai penghuninya menunjukkan keberadaan mereka. Ada satu hal penting yang memancing mereka semua keluar dan mengganggu. Ada rahasia apa?

Memang, ada seseorang yang bisa menghentikan kekacauan itu. Tapi siapa? Dia harus bertanggung jawab!

Selasa, 16 Januari 2018

MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP

Kehidupan ini memang terus berjalan maju. Bukan hanya hitungan tahun atau bulan, bahkan mungkin dalam minggu saja sudah ada perubahan-perubahan. Ya, zaman semakin berkembang. Misalnya, sekarang kita dimudahkan dalam memenuhi kebutuhan hidup—baik kebutuhan primer, sekunder atau tersier. Dulu, saat kita mau membeli sesuatu harus mendatangi tokonya atau tempat seseorang menjual apa yang kita butuhkan. Saat itu bukan hanya biaya yang harus kita punya, tapi juga waktu untuk mendatangi toko itu. Namun sekarang kita bisa memangkas waktu tersebut. Ya, belakang toko-toko online kian menjamur, sehingga kita bisa berbelanja hanya dengan menggunakan laptop atau bahkan ponsel—asal ada koneksi internet. Toko-toko itu menjual berbagai kebutuhan kita. Semakin banyak tentu harusnya membuat kita semakin selektif memilih toko online. Ya, selain penjualnya baik dalam pelayanan dan sesuatu yang mau kita beli haruslah bagus, tapi paling tidak ‘murah’ untuk ukuran keuangan kita. Saya telah melakukan keselektifan itu, dan kini saya sudah yakin untuk berbelanja di toko online murah di Tokopedia.

Bicara soal kebutuhan, tentu saya pun memilikinya. Selain laptop, sebagai penulis buku saya juga membutuhkan keyboard protector yang memiliki kegunaan untuk menjaga laptop itu sendiri. Mungkin banyak yang belum tahu fungsi keyboard protector. Ya, alat dari bahan silikon ini berguna agar huruf atau angka pada tombol keyboard tidak hilang. Selain itu, alat ini sebagai pelindung agar sela-sela tombol keyboard tidak dapat dimasuki debu. Karena jika terlalu banyak debu yang masuk ke sela-sela tombol, bisa saja membuat tombol itu tidak berfungsi. Sederhananya, memakai keyboard protector adalah salah satu cara agar laptop kita tetap terjaga dengan baik atau awet dipakai. Belakangan ini pula saya juga menemukan toko-toko online yang menjual keyboard protector lebih variatif dengan harga terjangkau di Tokopedia.

Nah, mari kita penuhi kebutuhan hidup kita sebaik mungkin dengan memilih toko online yang tepat.

Minggu, 17 Desember 2017

Murder on the Orient Express

Sumber gambar : Instagram cgv.id
Murder on the Orient Express adalah film dari novel Agatha Christie dengan risiko tinggi, yaitu kebosanan. Namun Kenneth Branagh sadar betul akan hal itu. Dia berusaha agar penonton--apalagi pembaca novel Agatha Christie--tidak kecewa. Maka selain menjadi sutradara, dia juga memerankan tokoh utamanya, yakni Hercule Poirot. Serta diisi dengan aktris dan aktor papan atas untuk mengatasi kebosanan tersebut--terutama banyaknya dialog tanya jawab. Di antaranya yang pernah menjadi nominasi dan pemenang piala Oscar: Judi Dench, Penelope Cruz, Willem Dafoe, Michelle Pfeiffer dan Johnny Depp.

Film ini bercerita tentang 14 orang asing yang berada dalam satu kereta, di mana 1 orang dibunuh, 12 orang dicurigai sebagai pembunuhnya, sementara 1 orang memecahkan misteri pembunuhan tersebut. Adalah Hercule Poirot, seorang detektif yang berusaha mengungkapkan siapa pembunuh itu. Dan tentu, kita sebagai penonton 'dipaksa' ikut membantunya dari gambaran dan alibi para orang yang dicurigai.

Bagi penyuka film misteri, kriminal, atau psikologi, dan belum membaca novelnya, kamu bisa saja menerka atau menganalisis siapa pembunuhnya. Namun di akhir cerita, kamu akan tetap 'kalah' dengan film ini. Sebab, tebakanmu 'tak sepenuhnya benar', atau barangkali benar-benar 'salah terka' karena ada hal-hal yang tak pernah kamu kira. Tak percaya? Buktikanlah!

Saya sungguh menyukai motif pembunuhannya. Sebab, kadang ada keadaan di mana keadilan bukanlah seimbang, tapi sama rata.

Minggu, 03 Desember 2017

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH

Sebagai orang yang suka menulis, sering kali kita mendapat info lomba menulis. Bila merasa cocok atau setuju dengan semua persyaratannya, tentu saja kita langsung ingin mengikuti lomba tersebut. Namun, ada pula persyaratan lomba menulis yang mengharuskan peserta melampirkan juga 'Surat Keaslian Naskah' atau 'Surat Pernyataan Keaslian Naskah'. Buat kamu yang belum tahu atau masih bingung bagaimana membuat surat tersebut, berikut saya berikan contohnya :


Bekasi, 1 Desember 2015.

Dengan hormat.
Kepada panitia atau penyelenggara Lomba Menulis Cerpen 2015 Majalah Aminah dengan tema ‘Ayah dan Aku’. Bersama surat ini saya menyatakan bahwa cerpen berjudul ‘Anak Bapak’ asli karya saya, bukan hasil plagiat, terjemahan atau saduran. Belum pernah dipublikasikan di media manapun, baik itu cetak atau elektronik. Cerpen ini pula tidak sedang diikutsertakan dalam sayembara lain.
Pernyataan ini saya buat dengan sadar.

Terima kasih,

Ari Keling.


Kadang, ada juga panitia lomba yang sudah membuat 'Surat Penyataan Keaslian Naskah'. Jadi, kita tinggal mengisi saja. Misalnya seperti ini :


Bekasi, 23 Desember 2015.

Dengan hormat.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama lengkap :
Nama pena :
KTP         :
Alamat :
E-mail :
Telepon         :

Dengan ini menyatakan bahwa;
Karya berjudul ANAK BAPAK adalah hak cipta milik saya, sepenuhnya karya saya, bukan menjiplak atau mengklaim dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Dan saya bertanggung jawab secara hukum atas karya tersebut di atas. Dengan menyertakan karya ini dalam Lomba Menulis Cerpen 2015 Majalah Aminah dengan tema ‘Ayah dan Aku’ saya menyatakan menyetujui persyaratan panitia.


(Nama Lengkap).



Itu adalah contoh misal kita mau mengikuti lomba cerpen. Jika lombanya bukan cerpen, tinggal diganti saja menjadi novel atau lainnya. Dan jangan lupa juga tanggal pembuatan serta siapa panitia atau penyelenggara lomba tersebut.

Semoga bermanfaat.

Salam,
Ari Keling.

Senin, 27 November 2017

FAN

Sumber gambar atau poster : http://images.financialexpress.com/2016/04/fan-bh-6.jpg
FAN bercerita mengenai seorang pemuda berusia 20 tahunan bernama Gaurav (Shah Rukh Khan) yang sangat mengidolakan mega bintang bernama Aryan Khanna (Shah Rukh Khan). Dari tanah kelahirannya di New Delhi, dia melakukan perjalanan ke kota impiannya, Mumbai, untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada sang idola yang tengah berulang tahun. Ketika rencananya tidak berjalan sesuai yang dia harapkan, cinta dan hasratnya pada sang idola berubah menjadi obsesi yang membahayakan.

---------------

"Life risk pe laga di aapse milne ke liye."
"Aku membahayakan hidupku untuk bertemu denganmu."
Itulah kalimat yang diucapkan Gaurav ketika berhasil bertemu dengan Aryan Khanna. Pertemuan itu karena Gaurav--meyakini--telah membela, melindungi, serta membuat Aryan senang. Padahal, Gaurav sudah melakukan tindak kejahatan yang tidak bisa dibenarkan oleh Aryan, yang membuat idolanya itu merasa sangat terganggu--bahkan secara hukum pun Gaurav tetap salah apa pun alasannya. Di sini saya melihat Gaurav memang seorang penggemar yang luar biasa.

Aryan yang merasa terusik dengan tindakan dan segala ucapan Gaurav, akhirnya mematahkan hati penggemarnya itu. Di sinilah saya melihat perubahan seorang mega bintang di depan dan balik layar. Saya pun merasakan kecewa, sama seperti Gaurav yang tak menyangka idolanya tidak seperti yang dia kira selama ini. Namun, di sisi lain saya memahami apa yang dirasakan oleh Aryan, bahwa mega bintang pun manusia; bisa marah, kecewa dan emosi. Ya, bahwa mega bintang tak bisa bertemu dengan semua penggemarnya, sebab dia punya kehidupannya sendiri.

Sampai akhirnya Gaurav melakukan hal-hal--bisa dibilang mengerikan--setahun kemudian. Seperti balas dendam, dia membuat hidup Aryan tidak tenang. Di bagian ini sampai menjelang akhir film, saya mulai menyadari bahwa ada yang tak beres dengan Gaurav. Ya, sesungguhnya Gaurav bukan memiliki masalah dengan Aryan, melainkan dia punya masalah dengan dirinya sendiri. Saat itu saya merasa ada kesedihan yang coba saya pahami. Ya, saya bisa memaklumi--mungkin lebih tepatnya mengerti--dengan ending film ini. Sampai kapan pun Aryan tidak akan bisa mengerti segala pikiran Gaurav. Bahkan, dunia pun tak akan mampu memahami seorang Gaurav. Ya, Gaurav yang sesungguhnya punya masalah dengan dirinya sendiri, dialah yang bisa mengalahkan dirinya sendiri; mengobati dirinya sendiri. Sebab, hanya Gaurav yang mengerti dirinya sendiri.

Ah ya, dalam film ini Shah Rukh Khan berperan ganda dengan special make up-effects. Greg Cannon, Make-up artist asal Hollywood peraih Oscar, yang membuat tampilan wajah SRK di usia 20 tahun. Ini film bollywood tanpa adanya nyanyian di dalamnya. Hanya ada OST-nya saja.

Salam,
Ari Keling.

  • Ulasan ini pernah saya posting di akun facebook saya tanggal 18 April 2016.

Sabtu, 11 November 2017

THIS IS MY HOUSE .... (The Conjuring 2: The Enfield Poltergeist)

Sumber poster : http://www.impawards.com/2016/conjuring_two_ver2.html

Saya suka sekali dengan film horor yang membuat kalimat atau perkataan yang pada akhirnya menyusup dalam ingatan. Jika di film 'Case 39' ada dialog "Why, Emily? Why, Emily?" dan di film 'The Conjuring' ada 'Miss me?', maka di film 'The Conjuring 2' ada 'This is my house ....'. Kali ini tentu saya akan coba mengulas film 'The Conjuring 2'. Menurut saya tidak spoiler. Pasalnya, sebagian info yang akan saya bicarakan sebenarnya sudah disajikan--baik di blurb maupun di media--terlebih dahulu sebelum filmnya tayang.

Film 'The Conjuring 2: The Enfield Poltergeist' ini menceritakan kisah nyata, yaitu salah satu kasus terseram pada tahun 1977 hingga 1979 yang terjadi di Inggris, tepatnya di Enfield, pinggiran kota London. Adalah Peggy Hodgson, seorang single mother yang memiliki empat anak: Janet, Margaret, Billy dan Johnny. Kisah ini berpusat pada Janet, gadis 11 tahun yang diganggu oleh makhluk halus di rumahnya.

Dari cuplikan pertama dan kedua film ini, buat saya sangat menjanjikan. Ya, terbukti di bagian awal langsung mencekam dari Lorraine yang melakukan astral project. Dan lagi, mungkin banyak penonton yang tidak sadar atau tidak tahu, bahwa kita sebagai penonton sudah 'dihajar' terlebih dahulu oleh musik buatan Joseph Bishara. Saya yakin sekali itu konsep James Wan dkk bagaimana menimbulkan kesan seram, teror atau angker di awal. Ya, salah satunya lewat musik. Film Wan memang begitu.

Waktu selesai menonton 'The Conjuring' yang pertama, saya sangat 'terganggu' atau penasaran dengan kisah masa lalu Ed dan Lorraine Warren; saat Ed bilang ada yang dirahasiakan oleh Lorraine kepadanya. Pasti ada kawan-kawan yang inget atau ngeh soal ini. Nah, di sekuelnya ini rahasia itu dibongkar, karena apa yang dulu Lorraine 'lihat' saat menangani kasus sejenis, kali ini terlihat lagi. Rahasia yang pada akhirnya diberitahu kepada Ed tentu membuat keduanya takut setengah mati.

'The Conjuring' yang pertama menuai sukses. Di Muvila.com menyebutkan, pendapatan box office secara global sebesar 318 juta dolar AS dari bujet produksi 20 juta dolar AS. Bukan hanya itu, film arahan James Wan ini dianggap terlalu seram, sampai MPAA (Motion Picture Association of America) memberi rating R (Restricted). Nah, lantaran hal ini saya yakin sekali tentu ada beban yang Wan rasakan saat menggarap sekuelnya. Pasti banyak pertimbangan yang Wan pikirkan. Maka apa yang saya saksikan film sekuelnya ini banyak perbedaan meski konsep besarnya sama. Di film ini saya melihat ada kematangan lebih dan kejelian seorang Wan. Misal dialog--kalau tak salah--tentang kadang kita percaya dengan apa yang tidak dipercaya orang. Kalimat itu bukan sekadar kalimat, ada maksud dan tujuan tuk film ini. Contoh lain saat Ed membetulkan keran di wastafel rumah Peggy, ini juga bukan hal remeh, ada tujuannya. Yakni, pada akhirnya Ed mau atau menawarkan diri memeriksa ruangan bawah. Di sana Ed membetulkan saluran air. Kesan yang muncul ke saya, bahwa Ed memang bukan hanya paranormal, tapi dia juga bisa membetulkan hal-hal semacam itu. Jadi tidak ujug-ujug. Kira-kira begitu. Jangan tanya soal kemunculan hantunya, Wan paham betul bagaimana memunculkan hantu, arwah atau iblis di waktu yang tepat. Film ini pula lebih gereget daripada yang pertama. Ya, dalam cerita ada tekanan dari media dan dari orang-orang yang tak percaya hantu. Apalagi pada saat itu ada saja kejadian serupa yang ternyata sebuah kebohongan, terlepas dari orang atau keluarga itu mau tenar atau dapat uang dll. Sehingga pihak gereja pun tak bisa langsung menangani kasus seperti itu karena reputasi. Nah, Peggy yang sedang susah masalah ekonomi ini jadi dianggap punya modus seperti itu. Belum lagi soal Janet yang tersiksa kelelahan tak bisa tidur tenang, tentang dia yang tak dipercaya banyak orang, dia yang beda atau tak normal, dia yang ditakuti banyak orang, sampai kemudian tak punya teman. Ada keharuan yang kadang tiba-tiba muncul di film ini, guys. Dan lagi, selain ada iblis, ada pula arwah Bill Wilkins dan hantu orang bengkok. Ya, buat saya film ini lebih gereget dari sisi cerita. Mungkin benar ini kejelian James Wan agar sekuelnya ada pembeda, atau barangkali kisah nyatanya memang seperti itu dan diperkuat atau dimatangkan oleh Wan.

Film berdurasi 133 menit ini menurut saya agak lamban daripada teror di film pertamanya, sehingga jika dibandingkan dengan film pertama jadi kalah seram. Rasa mencekam yang sudah dibangun di awal pun berangsur-angsur berkurang menuju pertengahan. Sekali lagi jika itu dibandingkan dengan film pertamanya. Menurut saya ini risiko dari pembeda itu; beberapa bahasan di luar kisah Janet itu sendiri. Meski penyelesaiannya terlalu cepat, tapi 'The Conjuring 2' tetap memikat.

Saran saya, jangan sampai telat nonton film ini. Pastikan sudah duduk di bangku sebelum film dimulai. Jangan beranjak pulang dulu karena di akhir ada gambaran keluarga Peggy Hodgson yang aslinya, baik foto saat kumpul keluarga maupun saat kejadian seram itu tengah berlangsung.

Salam,
Ari Keling.